Tegang,
takut dan biasa-biasa saja mungkin di rasakan oleh rekan pelajar yang mengikuti UN jenjang SMA/SMK/MA di
Indonesia khususnya di Kota Sukabumi. Ujian nasional yang menjadi acara taunan
untuk meluluskan siswa ke jenjang sekolah yang lebih tinggi ini banyak menuai
berbagai tanggapan yang kontroversial. Ujian nasional yang semula di rencanakan dilaksanakan hari
senin serentak di seluruh Indonesia
terhenti, karena adanya permasalahan teknis yang menjadi mogoknya penyebaran
naskah soal UN di 11 Provinsi.
Dalam menanggapi hal ini, diantaranya dari
rekan pelajar dari beberapa sekolah di Kota Sukabumi yang menjadi peserta UN, mengaku kecewa dengan
mogoknya penyebaran naskah soal di 11 provinsi, menurutnya UN tahun ini berbeda
dengan tahun sebelumnya dan berbeda dengan UN di SMP dulu. Tahun ini 20 paket
soal sebagai ketentuan kelulusan baru dari KEMENDIKBUD yang harus di laksanakan.
Selain tanggapan tersebut, kurang lebih anggaran senilai 100 milyar Rupiah yang di
keluarkan Negara tidak memuaskan peserta UN, pasalnya kertas LJUN tipis dan
mudah robek, dan banyaknya kekurangan soal menjadi bahan persoalan utama.
Berbagai tanggapan juga di utarakan dari
beberapa guru maupun pemerhati pendidikan, ujian nasional ini dianggap sebagai
pembodohan bagi sistem pendidikan, mengapa demikian? Pertama, Indonesia
mempunyai tujuan dan Ideologi yaitu “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” yang
tertulis di UUD 1945 merupakan suatu janji yang harus di buktikan kebenarannya.
Kedua, apakah masih banyak anak-anak
Indonesia yang tidak bersekolah karena kurangnya biaya? Sedihkah ketika kita
melihat pelajar bergelantungan karena jembatan rusak menuju sekolah? Berapa
banyak siswa yang stres dan bunuh diri ketika menghadapi UN dan tidak lulus UN?
Yang terakhir, apakah pemerintah bertanggung
jawab akan masalah ini?
bagaimana generasi penerus bangsa kita cerdas ketika pemerintah kita
disini “kurang cerdas” dalam “membaca” situasi serta kondisi dan juga
menentukan kebijakan yang benar dan juga
bertanggung jawab.
Alangkah baiknya tulisan ini di baca oleh
para aparatur pemerintah pendidikan yang menangani masalah ini, semoga
pemerintah pusat melakukan evaluasi secara menyeluruh dan melakukan investigasi
terhadap masalah yang dihadapi belum lama ini.
Terakhir harapan penulis untuk tahun depan
dan seterusnya, jangan jadikan UN sebagai alat tujuan pendidikan. Pendidikan
yang baik merupakan pendidikan yang tidak mengekang dan menekan para peserta didik. Semoga rekan pelajar
seluruh Indonesia khususnya Kota Sukabumi dapat bersabar dan terus berdo’a agar
meraih hasil yang memuaskan.
0 Response to "Polemik Ujian Nasional"
Post a Comment