Wanita, Harta, dan Tahta

          Dari judul di atas, pembaca mungkin penasaran mengapa wanita, harta dan tahta. Mengapa tidak harta, tahta, wanita yang biasa menjadi jargon kehidupan? Penulis melihat, para pejabat politik maupun selebritis sekarang ini, mempunyai kasus-kasus yang di latar belakangi oleh sosok  wanita.

   
          Belum lama ini, kita dihebohkan dengan sejumlah wanita cantik di balik kasus suap impor daging sapi yang melibatkan tahanan KPK Ahmad Fathanah yang dekat dengan mantan presiden PKS Lutfi Hasan yang juga sudah menjadi tersangka. Selain itu berita heboh Eyang Subur, juga menghiasi layar kaca belum lama ini. Eyang Subur yang menjadi guru spiritual para pejabat dan selebritas tersebut memiliki banyak istri yang dianggap melenceng dari norma dan agama bangsa Indonesia.

          Kasus semacam ini sebenarnya bukanlah hal baru, sejarah para pemimpin dunia pun banyak terkalahkan oleh pesona wanita diantaranya mantan Presiden AS Bill Clinton tergoda juga oleh seorang pegawai wanita cantik di Gedung Putih bernama Monica Lewinsky dan banyak contoh kasus-kasus lainnya. Selayaknya wanita, harus kita pandang sebagai sosok “Ibu Kartini” yang menjadi pahlawan emansipasi wanita dan sebagai sosok ibu yang selalu menyayangi, mencintai anaknya tanpa mengharapkan imbalan.

          Selain wanita, harta merupakan aset investasi yang sangat lumrah untuk di bicarakan mengapa demikian?  karena siapa yang tak mau mempunyai harta melimpah?  Di negeri kita tercinta ini, banyak sekali kasus ketika harta di jadikan upeti untuk kenaikan tahta dan ketika harta di dapatkan dengan cara yang tidak halal seperti Korupsi , Kolusi ,dan Nepotisme (KKN).

          Wanita, harta, dan tahta merupakan 3 hal pokok yang harus kita waspadai didalam menjalani hidup ini, di dalam bahasa Al-qur’an sendiri dikatakan ada yang di sebut mataa (hiasan) dan ghurur (tipuan) apakah kita pernah berfikir bagaimana ketika wanita, harta, dan tahta sebagai hiasan dan tipuan?. Ingatlah ! wanita, harta  dan tahta merupakan titipan dari yang “Maha Segalanya”.
         
          Alangkah baiknya jika kita mempunyai titipan harta lebih , dapat memberikan sebagian harta kita kepada orang yang tidak mampu dan membutuhkannya. Tahta sebagai amanah rakyat kepada para pemimpin, seharusnya dan sudah menjadi kewajiban untuk para pemimpin bangsa ini untuk menjaga dirinya dan hatinya seperti yang di contohkan oleh Rasulullah SAW yaitu Sidiq, Amanah, Fathanah dan Tabligh. Semoga tulisan ini menjadi warning untuk penulis dan kita semua untuk selalu waspada dalam menjalani hidup ini.

 penulis : Syamsul Najib Khoirullah




Related Posts:

0 Response to "Wanita, Harta, dan Tahta"